Apabila Iman Sudah Benar #3

Kedua: Keyakinan Dalam Kehidupan Dunia

Oleh: Abdullah bin Fahd As-Salum



Apabila iman sudah benar, maka dunia akan terlihat kecil di mata seorang mukmin dan di hatinya, ia akan berzuhud padanya, menganggapnya remeh, dan mengetahui bahwa dunia adalah penyihir yang memikat hati dan penipu yang telah memperdaya banyak orang. Seorang mukmin mengetahui bahwa mencintai dunia adalah pangkal dari segala dosa, dan bahwa dunia hanyalah kesenangan murahan, kotor, dan fana. Betapapun dunia datang menghampiri, ia akan pergi; dan betapapun ia memberi, ia akan memiskinkan.


Betapapun ia mengumpulkan, ia akan mencerai-beraikan. Ia adalah negeri keburukan, kesedihan, penyakit, musibah, dan kesengsaraan. Barang siapa yang imannya benar dan hatinya lurus, ia tidak akan bergantung padanya dan tidak akan merugi karenanya. Dunia adalah rumah bagi mereka yang tidak memiliki rumah dan harta bagi mereka yang tidak memiliki harta, dan yang mengumpulkannya adalah orang yang tidak berakal. Keamanannya bercampur dengan ketakutan, kesehatannya dengan penyakit, dan peningkatannya dengan kekurangan.


Ketika dunia menempati hati sebagian besar umat Islam, mereka menjadi mencintai dan membenci karena dunia, mereka bekerja keras dan bersaing untuknya, dan mereka menghabiskan pagi dan sore mereka untuknya. Ketika mereka demikian, perhatian terhadap akhirat menjadi lemah di hati dan hari yang dijanjikan terlupakan. Akibatnya, pengaruh nasihat menjadi lemah, perenungan dan tadabbur Al-Qur'an berkurang, dan persiapan untuk berdiri di hadapan Allah terlupakan, karena dunia telah menutupi hati dan pikiran serta nafsu syahwatnya telah mendominasi segala perhatian.


Maka barang siapa yang imannya benar, ia tidak akan tertipu oleh dunia, ia mengambil darinya untuk akhiratnya, dan dunia tidak mengambil darinya. Ia mengetahui bahwa setiap hari dunia memanggilnya dan berkata: (Wahai anak Adam, aku adalah hari yang baru dan aku adalah saksi bagimu)[1] Aku akan meninggalkanmu tanpa kembali, maka titipkanlah kepadaku apa yang engkau kehendaki dari kebaikan atau keburukan.


Allah Ta'ala berfirman memberitakan tentang hakikat dunia:

اِعْلَمُوْٓا اَنَّمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَّلَهْوٌ وَّزِيْنَةٌ وَّتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى الْاَمْوَالِ وَالْاَوْلَادِۗ

“Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan, kelengahan, perhiasan, dan saling bermegah-megahan di antara kamu serta berlomba-lomba dalam banyaknya harta dan anak keturunan.” (Al-Hadid: 20)


Imam Asy-Syafi’I rahimahullah berkata,

وَسِيقَ إِلَيْنَا عَذْبُهَا وَعَذَابُهَا

وَمَنْ يَذُقِ الدُّنْيَا فَإِنِّي طَعِمْتُهَا

عَلَيْهَا كِلَابٌ هَمُّهُنَّ اجْتِذَابُهَا

وَمَا هِيَ إِلَّا جِيفَةٌ مُسْتَحِيلَةٌ

وَإِنْ تَجْتَذِبْهَا نَازَعَتْكَ كِلَابُهَا

فَإِنْ تَجَنَّبْتَهَا كُنْتَ سِلْمًا لِأَهْلِهَا

“Barang siapa yang merasakan dunia, maka sungguh aku telah merasakannya, Dan dibawa kepada kami kelezatannya dan juga siksanya. Ia tidak lain hanyalah bangkai yang membusuk, Di sekelilingnya anjing-anjing yang tujuannya adalah menariknya (memperebutkannya). Maka jika engkau menjauhinya, engkau akan selamat bagi pemiliknya (dirimu sendiri). Dan jika engkau tertarik padanya, maka anjing-anjing itu akan merebutnya darimu.”


Ibnu Qayyim rahimahullah berkata:

“Di antara siksaan yang paling pedih di dunia adalah tercerai-berainya keluarga, terpecah-belahnya hati, dan kemiskinan yang selalu ada di depan mata seorang hamba dan tidak pernah meninggalkannya. Andai bukan karena mabuknya para pencinta dunia dengan kecintaannya, niscaya mereka akan meminta pertolongan dari siksaan ini, meskipun sebagian besar dari mereka terus-menerus mengeluh dan berteriak karenanya.”


Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah bersabda:

يَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : ابْنَ آدَمَ تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِي أَمْلَأْ صَدْرَكَ غِنًى ، وَأَسُدَّ فَقْرَكَ وَإِنْ لَا تَفْعَلْ مَلَأْتُ يَدَيْكَ شُغْلًا ، وَلَمْ أَسُدَّ فَقْرَكَ

“Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman: ‘Wahai anak Adam, luangkanlah waktumu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku akan penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku akan tutupi kemiskinanmu. Dan jika engkau tidak melakukannya, Aku akan penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan, dan Aku tidak akan menutupi kemiskinanmu’.” (HR. Tirmidzi no. 2390)


Beberapa ulama salaf berkata:

“Barang siapa mencintai dunia, hendaklah ia mempersiapkan dirinya untuk menanggung musibah.” (Dan cinta dunia tidak terlepas dari tiga hal: kesedihan yang senantiasa ada, kelelahan yang berkelanjutan, dan penyesalan yang tak kunjung padam). Hal itu karena pencinta dunia tidak akan memperoleh sesuatu darinya melainkan jiwanya akan selalu mendambakan yang lebih dari itu, sebagaimana disebutkan dalam hadis sahih bahwa Nabi bersabda:

لَوْ كَانَ لِابْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ مَالٍ لَابْتَغَى ثَالِثًا وَلَا يَمْلَأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلَّا التُّرَابُ وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ

“Seandainya anak Adam memiliki dua lembah harta, niscaya ia akan mencari yang ketiga. Dan tidak ada yang memenuhi rongga anak Adam melainkan tanah (kubur), dan Allah menerima tobat orang yang bertobat.” (HR. Bukhari no. 5956)


Dan Al-Hasan Al-Bashri menulis surat kepada Umar bin Abdul Aziz, di dalamnya ia berkata:

“Sungguh, dunia beserta kunci-kuncinya dan perbendaharaannya telah ditawarkan kepada Nabi kita, namun hal itu tidak mengurangi sedikitpun di sisi Allah sehelai sayap nyamuk. Maka bagaimana mungkin ia menerimanya dengan senang hati, sedangkan ia membenci apa yang dibenci oleh Penciptanya atau mengangkat apa yang direndahkan oleh Rajanya? Dia (Allah) memberikan dunia kepada musuh-musuh-Nya sebagai cobaan, lalu orang yang tertipu mengira bahwa Dia (Allah) telah memuliakannya karena dunia, dan ia lupa akan apa yang Allah Azza wa Jalla perbuat terhadap Rasul-Nya ketika ia mengikatkan batu di perutnya.” [2]



[1] Perkataan Hasan Al-Bashri

[2] Ighathatul Lahfan, Jilid 1, halaman 36 dan seterusnya, diringkas.